Walikota Solo, Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi, sedang jadi tokoh sorotan. Jokowi disorot karena sebagai pejabat pemerintah, ia banyak melakukan hal positif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Misalnya penggusuran pasar, tidak lagi dengan kekerasan. Satpol PP yang digunakan pemda untuk menertibkan kota, diberi seragam khas masyakarat Solo. Sehingga Satpol PP tidak menyeramkan sekaligus menjadi momok. Hasilnya penertiban apapun yang dilakukan di Solo berjalan damai, sesuatu yang membuat masyarakat merasa hidup tidak terbebani.
Yang paling baru, Jokowi memberi dorongan dan apresiasi kepada siswa-siswa dari sebuah sekolah kejuruan di Solo yang berhasil merakit mobil murah. Cara Jokowi yaitu secara spontan menerima hadiah mobil dari para siswa untuk menjadikannya sebagai kendaraan dinas.
Pelajar-pelajar sekolah kejuruan pun luar biasa senang. Karya mereka diapreasiasi. Pelajar-pelajar yang masih belia itu, termotivasi. Kendaraan yang mereka persembahkan, tidak mewah, irit bahan bakar dipuji Jokowi. "Kalau perlu saya ke Jakarta menggunakan kendaraan ini," kata Walikota Solo yang membuat siswa-siswa kejuruan merasa karya cipta mereka, dihargai pemimpinnya.
Contoh di atas menunjukkan Jokowi seorang birokrat yang kreatif, responsif, merakyat dan tentu saja disenangi masyarakat. Bagi masyarakat kota Solo sendiri, kredibilitas dan kapabilitas Jokowi sudah tidak mereka ragukan lagi.
Sebab Jokowi sudah kedua kalinya dipilih sebagai Walikota Solo. Yang signifikan dari keterpilihannya yaitu suara rakyat Solo yang diberikan kepada Jokowi dalam Pilkada periode kedua, nyaris sempurna. Yaitu mencapai 96%.
Sorotan terhadap Jokowi cukup fenomenal. Sorotan lebih banyak bersifat apresiasi. Bukan hujatan. Sorotan tidak lagi menyindir para pejabat pemerintah yang gemar melakukan korupsi tetapi sekadar mengatakan, tirulah cara Walikota Solo.
Dampak dari apresiasi itu, Jokowi mulai disebut-sebut sebgai sosok birokrat yang pantas dipromosikan, menduduki jabatan yang lebih tinggi semisal Gubernur. Tidak tanggung-tanggung sebab ada yang minta supaya Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Seninya, walaupun Jokowi diuji, disanjung dan dianggap sebagai sosok yang mampu merestorasi Jakarta sebagai ibukota NKRI, tetapi Jokowi tetap merendah. Jokowi adalah potret pemimpin masa kini yang tidak membayar media untuk pencitraannya.
Tapi apapun sorotan dan apresiasi terhadap Jokowi, substansinya, adalah rakyat Indonesia saat ini merasakan adanya kekosongan pemimpin yang bisa diteladani. Apresiasi terhadap Jokowi merupakan potret paradoksal dari banyak kejadian di tanah air.
Lihat saja di Papua, Papua Barat, Sampang dan Kaimantan Tengah, rumah para pemimpin (Gubernur dan Bupati) di daerah itu dibakar massa secara beramai-ramai. Tragisnya tidak ada yang membela para pemimpin itu..
Aparatur kepolisian yang seharusnya menjaga ketertiban masyarakat, tidak mampu mencegah emosi massa yang berbondong-bondong membakar rumah para pemimpin di daerah itu.
Sorotan terhadap Jokowi terjadi di saat para pemimpin formal baik yang ada di eksekutif, legislatif dan yudikatif, terus berlomba melakukan korupsi, pembohongan kepada publik dan memprioritaskan kepentingan pribadi. Pemimpin yang ada di tingkat nasional mulai dari Presiden, tidak lagi dianggap sebagai tokoh yang bisa diteladani.
Semoga saja dengan munculnya pejabat atau pemimpin daerah seperti Jokowi, dapat menyadarkan semua pihak untuk melakukan restrospeksi. Harapan yang lebih tinggi, semoga saja pemimpin sekaliber Jokowi dapat lahir di berbagai tempat di Indonesia.
Semakin banyak Indonesia memiliki tokoh fenomenal seperti Jokowi, semakin baik bagi masa depan bangsa. Sebab kelak, ketika Indonesia harus mencari dan memilih pemimpin, tidak akan ada kesulitan. Indonesia bisa memilih pemimpin yang terbaik di antara yang terbaik. Bukan yang terbaik di antara yang terburuk. Indonesia perlu stok pemimpin yang kreatif dan dicintai rakyat seperti Jokowi. Pangkalan Berita Unik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar